Jalan Tol Bali

Presiden SBY bersama rombongan saat melakukan uji coba jalan tol Bali 26/6/13


Jembatan tol ini memiliki panjang sekitar 12,7 km, sekitar 10 km berada di atas laut, dimana panjang jembatan tol di Bali ini hampir sama dengan Penang Bridge di Malaysia (13,5 km), atau Union Bridge di Kanada (12,9 km).

Jembatan tol Bali di atas laut ini  menghubungkan bandara Ngurah Rai ke Nusa Dua dan Benoa. Jalan tol ini merupakan salah satu proyek yang dipersiapkan untuk mendukung penyelenggaraan KTT APEC pada tanggal 1-9 Oktober 2013 yang dihadiri sekitar 23 Kepala Negara.

Jalan Tol di atas perairan Bali ini disebut-sebut sebagai jalan tol terindah di Indonesia. Jembatan ini menjadi indah, karena datang dari arah Ngurah Rai, di tengah-tengah di atas laut ia melekuk memutar bercabang membagi dua. Satu ke arah Nusa Dua dan satu lagi ke arah Benoa. Saya rasa, tidak ada jembatan di dunia ini yang di atas laut bercabang menjadi dua arah, kecuali jembatan tol di Bali ini. Coba saja anda saksikan dari jendela pesawat ketika mau mendarat di bandara udara Ngurah Rai. Terasa  indah sekali jembatan tol Bali ini.

Keindahannya jauh lebih terasa di sore hari, ketika matahari terbenam. Diterpa hembusan angin laut yang sejuk, kita bisa dengan leluasa meyaksikan tenggelamnya matahari dari ketinggian di atas laut. Saya yakin jembatan tol bali ini, segera akan menjadi ikon baru di Bali. Rasanya orang belum datang ke Bali, kalau belum melewati jembatan tol bali yang dibangun PT Jasa Marga bersama konsorsium BUMN dan Pemda Bali.

Bayangkan saja, kalau seluruh turis, baik dalam maupun luar negeri, secara sukarela "wajib" melintasi jembatan tol bali tersebut, maka perekonomian di daerah Nusa Dua dan Benoa jelas akan semakin tumbuh dan berkembang. Inilah yang sekarang sedang terjadi di daerah sekitar Nusa Dua dan Benoa. Kini semakin banyak bermunculan bisnis properti, kuliner dan tempat-tempat wisata lainnya disekitar Nusa Dua dan Benoa.

Pembangunannya Lebih Cepat 4 Bulan
Dalam kelanjutannya, konstruksi dan pembiayaan investasi juga dilakukan dengan sepenuhnya menggunakan sumber daya dalam negeri, dari mulai tenaga kerja, material pembangunan, hingga biaya investasi.  Desain dan konstruksinya sepenuhnya dikerjakan oleh putra-putra terbaik bangsa, dan yang lebih membanggakan lagi, konstruksinya dapat diselesaikan hanya dalam kurun waktu 14 bulan, lebih cepat dari rencana awal (semula direncanakan 18 bulan).

Ini semua membuktikan bahwa kita memiliki kemampuan dan teknologi yang memadai untuk membangun jalan dan jembatan di atas laut, tanpa tergantung pihak asing.

Mengurangi Kemacetan
Tidak hanya indah, jalan tol ini juga diperkirakan berdampak luas bagi pengurangan kemacetan di  wilayah Nusa Dua, Ngurah Rai, dan Benoa. Sudah sering kita dengar, Bali dihadapkan pada permasalahan kemacetan, khususnya di wilayah Nusa Dua Bali yang telah berkembang menjadi salah satu destinasi utama pariwisata dan pusat meeting, incentive, convention and exhibition (MICE) bertaraf internasional.

Selama ini, akses masyarakat dari arah Denpasar, Kuta atau Bandara Ngurah Rai yang akan menuju Nusa Dua, hanya melalui Jalan Raya Bypass Ngurah Rai yang telah beroperasi sejak tahun 1960. Beban jalan Bypass ini sudah semakin berat, sehingga kepadatan lalu lintas selalu terjadi setiap pagi dan sore hari, salah satunya bisa ditemui di sekitar lampu merah yang ada di sekitar Bandara Ngurah Rai atau Simpang Siur yang menuju ke Denpasar.

Menurut survei, jumlah kendaraan roda empat atau lebih yang melintas di Bypass Ngurah Rai setiap harinya mencapai lebih dari 40 ribu. Belum lagi jumlah sepeda motor yang melintas mencapai 56 ribu lebih. Kemacetan semakin parah apabila terjadi kecelakaan yang mengakibatkan tertutupnya jalur Bypass di pertigaan Bandara Ngurah Rai, maka arus kendaraan dari Kuta atau Denpasar yang akan menuju Nusa Dua akan terputus.

Jembatan tol ini akan menjadi alternative rute untuk mengurangi kemacetan di jalan Bypass. Jembatan tol ini akan mempersingkat waktu tempuh dari dan menuju Nusa Dua, Ngurah rai, dan Benoa. Dengan melalui jembatan tol ini, diperkirakan waktu tempuh dari Nusa Dua menuju Benoa atau sebaliknya hanya sekitar 15-30 menit, sedangkan akses dari dan menuju Bandara akan menjadi lebih cepat lagi.

Dibangun Dengan Dana Korporasi Sendiri
Keberadaan jembatan tol Nusa Dua-Ngurah Rai-Benoa ini  juga memberikan kebanggaan kepada kita semua sebagai bangsa Indonesia. Jembatan tol ini merupakan bukti nyata karya mandiri bangsa Indonesia, karena diinisiasi, dibangun, dan dibiayai dengan sepenuhnya menggunakan sumber daya dalam negeri.

Jembatan tol di atas laut yang membentang sekitar 12,7 km dari Nusa Dua melewati Ngurah Rai dan berakhir di Benoa ini diinisiasi oleh Jasa Marga, BUMN 'go public'  yang berpengalaman dalam pembangunan dan pengoperasian jalan tol di Indonesia selama 35 tahun.  Hak pengusahaan jembatan tol ini diperoleh Jasa marga setelah melalui proses tender terbuka bersaing dengan konsorsium perusahaan lainnya. Ini menunjukkan kemampuan Jasa Marga untuk mengemas kelayakan proyek, baik secara finansial maupun ekonomi, melalui berbagai optimasi design dan pemilihan rute/trase jalan tol.

Tidak hanya desain dan konstruksi, biaya investasi jalan tol Nusa Dua-Ngurah Rai-Benoa sekitar Rp. 2,4 triliun juga sepenuhnya menggunakan dana perusahaan  dan sumber-sumber pembiayaan dalam negeri dengan komposisi 30 persen dari dana perusahaan dan 70 persen dari pinjaman sindikasi perbankan dalam negeri. Berbeda dengan Jembatan Suramadu yang dibiayai dengan pinjaman luar negeri dari APBN,  Jalan Tol Nusa Dua Bali murni dibiayai dengan dana perusahaan dan pinjaman korporasi dalam negeri tanpa sedikitpun memberatkan APBN.

Ini membuktikan bahwa premis BUMN sebagai agent of development dan mesin pertumbuhan ekonomi dapat berjalan, sehingga bukan lagi sebatas jargon politik. Proyek-proyek infrastruktur  lain diluar jalan tol, yang juga sedang  dibangun tanpa dana APBN antara lain pembangunan Pelabuhan  Kalibaru oleh PT Pelindo II, Kereta Api oleh PT KAI, Perluasan Bandara Sukarno Hatta oleh Angkasa Pura II dan Perluasan Bandara Ngurah Rai oleh Angkasa Pura I.

Pembiayaan jembatan tol Bali dan infrastruktur lainnya yang tidak menggunakan APBN ini sekaligus menjawab arahan Presiden yang mendorong pihak BUMN dan Swasta untuk membangun proyek-proyek infrastruktur public yang bersifat komersial, seperti jalan tol, pelabuhan laut dan bandara udara, dan lebih memprioritaskan anggaran infrastruktur APBN untuk pembangunan infrastruktur dasar seperti jalan, jembatan, pelabuhan laut dan bandara udara perintis.

Bila skema ini dapat direplikasi untuk proyek-proyek infrastruktur komersial lainnya, maka APBN akan dapat lebih difokuskan untuk membangun proyek-proyek infrastruktur dasar di Indonesia Timur yang kelayakan finansialnya masih belum memadai. Dengan skema ini, pemerataan pembangunan infrastruktur akan dapat terwujud lebih cepat  sehingga kesenjangan pembangunan barat dan timur Indonesia dapat dipersempit. Selain itu dengan bertambahnya infrastruktur, maka sangat jelas hal ini akan mendorong meningkatnya peringkat daya saing kita di mata internasional.

Memacu Pertumbuhan Ekonomi Bali dan Eco-friendly
Kembali dengan telah selesainya pembangunan jembatan  tol Bali, perlu diketahui bahwa seluruh material dan tenaga kerja pembangunan jembatan tol ini sepenuhnya berasal dari dalam negeri sehingga memberikan multiplier effect yang luas bagi masyarakat. Dari sisi tenaga kerja misalnya, pembangunan jembatan tol Bali telah menyerap sekitar 3.000 pekerja yang terlibat langsung, belum lagi para pekerja yang menyiapkan pasir dari mulai penambangan sampai pada saat menurunkan pasir, pekerja di pabrik besi dan semen yang produksinya juga semakin meningkat.

Dampak multiplier ini semakin luas ketika jembatan tol ini nantinya beroperasi, dalam bentuk pengurangan kemacetan yang kemudian akan menstimulasi peningkatan aktifitas ekonomi masyarakat Bali dan sekitarnya.

Hal lain yang juga patut diapresiasi dari jembatan tol ini adalah proses pembangunannya yang eco-friendly. Kepentingan lingkungan tetap menjadi prioritas karena nilai ekonomi dan keseimbangan lingkungan saling terkait. Ini terlihat dari komitmen dan upaya Jasa Marga yang selalu memperhatikan kelestarian lingkungan sekitar, khususnya hutan bakau. Akibatnya kawasan hutan bakau masih terjaga dengan baik sehingga semakin mempercantik keindahan jembatan tol. Untuk hutan bakau yang terkena proyek pembangunan, Jasa Marga melakukan upaya penanaman kembali dengan luasan yang bahkan lebih luas dibanding luasan awal.

Selain desain, konstruksi dan pembiayaan yang sepenuhnya menggunakan sumber – sumber dalam negeri, serta proses pembangunannya yang eco-friendly, jembatan tol Bali ini juga menjadi bukti nyata berjalannya sinergi BUMN dan Pemerintah Daerah. Sinergi ini tercermin dari kepemilikan PT Jasamarga Bali Tol selaku badan usaha jalan tol yang mendapatkan hak pengusahaan jalan tol Nusa Dua-Ngurah Rai-Benoa. Dari informasi yang diperoleh, susunan kepemilikannya meliputi PT Jasa Marga (Persero) Tbk selaku pemilik mayoritas dengan porsi saham 60 persen, PT Pelindo III (Persero) sebesar 20 persen, PT Angkasa Pura I (Persero) sebesar 10 persen, PT Wijaya Karya (Persero) Tbk sebesar 5 persen, PT Adhi Karya (Persero) Tbk sebesar 2 persen, PT Hutama Karya (Persero) Tbk sebesar 2 persen, dan PT Pengembangan Pariwisata Bali (Persero) sebesar 1 persen.

Sedangkan keikutsertaan Pemerintah Provinsi Bali dan Pemerintah Kabupaten Badung dalam kepemilikan saham sedang dalam proses. Skema sinergi BUMN dan Pemerintah Daerah ini dapat dilanjutkan untuk proyek-proyek infrastruktur komersial lainnya, sehingga tidak memberatkan APBN dan dapat mendorong percepatan pemerataan pembangunan infrastruktur.

Kita sebagai bangsa Indonesia patut bangga dengan jembatan Tol ini karena merupakan karya mandiri Bangsa Indonesia sehingga sudah selayaknya bila kita syukuri bersama. Jembatan tol ini akan menjadi ikon baru di Bali, karena akan menjadi salah satu jembatan di atas laut yang terpanjang dan terindah di dunia. Dan juga kita patut bangga bahwa proyek ini dibangun tanpa menggunakan dana APBN, dibiayai dengan dana korporasi sendiri. Selamat kepada PT Jasa Marga dan para mitra BUMN yang bersinergi, serta Pemprov Bali dan Pemkab Badung. Ternyata Anda sudah buktikan, bahwa kita bisa mandiri. Sekali lagi selamat.

Sumber: http://economy.okezone.com/read/2013/09/17/279/867160/tol-bali-karya-mandiri-bangsa-indonesia-yang-dibangun-tanpa-dana-apbn